Tepat di bahu barat Jalan Malioboro, berdiri sebuah bangunan berwarna putih. Bangunan ini terletak di utara Gedung Agung serta berseberangan dengan Benteng Vredeburg dan Pasar Bringharjo. Bangunan ini dipadati oleh pengunjung yang disambut Prajurit khas Kraton Yogyakarta sebelum memasuki pintu masuk yang bertuliskan ”Copet Dilarang Masuk”.
Kalimat yang menggelitik itu menambah rasa penasaran pengunjung untuk merasakan atmosfir lainnya dalam bangunan tersebut. Dan ternyata, sensasi lain pun dapat dinikmati sembari berbelanja produk yang tertata dengan berbagai macam pilihan. Pengunjung dapat merasakan sensasi aroma yang berasal dari dupa, sensasi suara yang berasal dari iringan gendhing Jawa dan sensasi penglihatan yang dapat dinikmati dari tatanan kembang – kembang, Kereta Kencana, foto – foto dokumentasi serta display ala Kraton.
Pengunjungpun disambut oleh keramahan karyawan dalam balutan seragam berkonsep Jawa dengan sentuhan modern dan elegan. Tak heran, jika banyak pengunjung yang mengabadikan gambar saat berada dalam bangunan ini. Hamzah Batik yang dulunya bernama Mirota Batik. Begitulah nama dari bangunan ini dengan segala keunikannya.
Pada awalnya, Mirota Batik hanya menempati ruang kecil yang terdapat di sudut selatan bagian depan dengan luas 110m2. Tetapi keuletan Hamzah membuktikan bahwa Mirota dapat bertahan dan semakin berkembang. Toko tersebut kian lama semakin dipadati oleh pengunjung. Namun pada awal tahun 2004, Hamzah mendapat ujian ketika Mirota Batik dilalap api hingga hangus terbakar. Hal ini membuat Hamzah gelisah karena bangunan rusak dan untuk memperbaikinya diperlukan proses renovasi. Terlebih lagi, Hamzah sangat memikirkan nasib karyawannya yang menaruh harapannya pada Mirota Batik. Maka dari itu, Hamzah membuka Mirota Batik yang berada di timur Jalan Malioboro sebagai toko sementara. Hal ini ia lakukan agar para karyawannya dapat tetap bekerja sambil menunggu Mirota Batik dibangun kembali.
Ternyata, cobaan ini mampu dilaluinya, ia mengambil sikap hingga lambat laun Mirota Batik menampakan fisik bangunannya. Tak tanggung – tanggung, kini bangunan tersebut diperluas hingga tiga lantai. Lantai 1 untuk counter batik, oleh – oleh, makanan, dan jamu herbal. Lantai 2 untuk counter kerajinan dan cinderamata. Lantai 3 khasanah muslim dan pakaian anak . Selain itu, Hamzah menambah fasilitas lainnya seperti ruang tunggu Raminten 3 Resto dan Raminten Photography. Kini, Mirota Batik berganti nama menjadi Hamzah Batik karena Hamzah ingin mengabadikan namanya dalam karya di bidang usahanya.
Perkembangan Hamzah Batik sampai saat ini tidak lain adalah bekal ilmu dari Hamzah untuk para karyawannya. Hamzah menitipkan sebuah falsafah sebagai bekal dalam berkarya di Hamzah Batik.
Kami Persembahkan sebuah pengalaman dengan nuansa Jawa untuk menemani Anda berbelanja
Kecintaan Hamzah Sulaiman tidak hanya tertuju pada batik dan cinderamata saja, beliau juga sangat menaruh kecintaan terhadap budaya Jawa yang dituangkan dalam setiap sudut Hamzah Batik. Atmosphere budaya Jawa membuat suasana belanja lebih berkesan dan berbeda. Budaya Jawa yang menjadi pondasi Hamzah Batik untuk terus tumbuh berkembang.
Hamzah Batik tidak hanya menyuguhkan produk batik, cinderamata, dan Oleh-oleh terbaik, namun juga memberikan fasilitas yang dibalut dengan nuansa budaya. Fasilitas lengkap dan nyaman akan menjadi salah satu oleh-oleh kenangan tak terlupakan dari Hamzah Batik.
Setiap pelanggan tentu menginginkan suatu produk dengan kualitas terbaik sebagai tolak ukur kepuasan konsumen. Begitu juga yang dilakukan oleh Hamzah Batik, yang memberikan kualitas produk terbaik dan terpilih untuk pelanggan .