Kampung Cina Ketandan di Jogja adalah saksi hidup perjalanan akulturasi budaya Tionghoa, Jawa, dan Keraton. Terletak strategis di pusat kota, kawasan ini mencakup Jalan Ahmad Yani, Jalan Suryatmajan, Jalan Suryotomo, hingga Pasar Beringharjo. Dikenal sebagai kawasan Pecinan Jogja, Kampung Ketandan memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak lebih dari 200 tahun lalu.
Sejarah Kampung Cina Ketandan Jogja
Kampung Cina Ketandan lahir pada akhir abad ke-19 sebagai permukiman warga Tionghoa di masa penjajahan Belanda. Saat itu, pemerintah kolonial menerapkan kebijakan passentelsel (pembatasan gerak) dan wijkertelsel (pembatasan wilayah tinggal). Namun, berkat izin dari Sri Sultan Hamengku Buwono II, warga Tionghoa diizinkan menetap di wilayah ini untuk memperkuat perekonomian lokal, terutama perdagangan di sekitar Pasar Beringharjo.
Sejak tahun 1950-an, Kampung Ketandan menjadi pusat perdagangan emas dan permata, yang masih bertahan hingga saat ini. Selain itu, banyak toko kelontong, toko herbal, kuliner khas, dan berbagai usaha lainnya yang turut menghidupkan kawasan ini.
Keunikan Arsitektur Kampung Ketandan
Bangunan di Kampung Cina Ketandan memiliki gaya arsitektur khas Tionghoa yang dipadukan dengan unsur budaya Jawa. Beberapa ciri khasnya antara lain:
- Atap berbentuk gunungan atau lancip: Melambangkan perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa.
- Jangkar di dinding: Menjadi ciri khas rumah Tionghoa yang menunjukkan kekhasan budaya setempat.
- Ruko dua lantai: Rumah yang difungsikan sebagai tempat tinggal sekaligus toko.
Meski beberapa bangunan mulai rapuh, pemerintah mendorong renovasi dengan mempertahankan gaya arsitektur Tionghoa untuk melestarikan identitas kawasan ini.
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY)
Sejak tahun 2006, Kampung Ketandan menjadi pusat perayaan Tahun Baru Imlek melalui acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Festival ini menghadirkan berbagai kegiatan seperti:
- Hiasan ornamen dan gapura berarsitektur Tionghoa.
- Panggung hiburan dan seni pertunjukan seperti barongsai.
- Pasar kuliner khas Tionghoa yang menarik banyak pengunjung.
- Pawai budaya Tionghoa di sepanjang Jalan Malioboro.
Acara ini tidak hanya dinikmati oleh warga Tionghoa, tetapi juga oleh masyarakat Yogyakarta dan wisatawan. PBTY menjadi simbol keberagaman dan semangat pelestarian budaya di kota yang dijuluki sebagai Kota Budaya ini.
Kampung Ketandan Sebagai Cagar Budaya
Pemerintah Kota Yogyakarta menetapkan Kampung Ketandan sebagai kawasan cagar budaya Pecinan dan terus mengembangkan kawasan tersebut. Mereka menjaga keunikan sejarah dan budaya sekaligus mendukung potensi ekonomi dan pariwisata dengan melestarikannya.
Pesona Kampung Ketandan untuk Wisatawan
Mengunjungi Kampung Ketandan, wisatawan dapat menikmati berbagai daya tarik, seperti:
- Wisata sejarah: Menyaksikan jejak akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
- Belanja emas dan permata: Kawasan ini terkenal sebagai pusat toko emas di Yogyakarta.
- Kuliner khas: Nikmati hidangan khas Tionghoa yang menggugah selera.
Toko Batik dan Oleh-oleh Khas Jogja
Tidak jauh dari kampung Ketandan, Anda dapat menemukan toko batik dan oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Jogja yaitu Hamzah Batik. Berlokasi di Malioboro depan pasar Beringharjo, Hamzah Batik menyediakan beragam oleh-oleh Jogja seperti batik, camilan, kerajinan, dan cinderamata khas Jogja.
Kunjungi toko Hamzah Batik di Malioboro depan pasar Bringharjo, atau pesan melalui WhatsApp di 08112544239 atau 08112544245. Untuk bantuan atau saran selama berbelanja, hubungi Customer Service di WA 081128293456 atau melalui email cs@hamzahbatik.co.id.