Abdi Dalem Keraton Yogyakarta merupakan salah satu komponen terpenting dalam menjalankan kepemerintahan Keraton Yogyakarta.
Bahkan tanpa pengabdian Abdi Dalem, Keraton Yogyakarta tidak akan berjalan sedemikian rupa baiknya seperti sekarang.
Bisa juga dikatakan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta ini sebagai garda terdepan yang bertanggung jawab terhadap tatanan organisasi dalam Keraton Jogja. Langsung saja kita bahas mengenai Abdi Dalem berikut ini.
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
Abdi Dalem ialah seorang yang telah berjanji untuk mengabdikan dirinya seumur hidup kepada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dipimpin oleh Sultan Jogja.
Abdi merupakan kata yang berasal dari “mengabdi” dan kata “dalem” yang berarti “susuhan atau sultan”. Maka dari diartikan bahwa abdi dalem ialah seorang pengabdi sultan.
Sebagai seorang yang telah berjanji seumur hidup, maka abdi dalem ini sama sekali tidak ada hari libur.
Sejarah Singkat
Asal mula terbentuknya Abdi Dalem pada tatanan Kesultanan Jogja, tidak lepas dari momentum diproklamasikannya pendirian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada 13 Maret 1755.
Tanggal tersebut menjadi hari paling bernilai sejarah bagi kota Yogyakarta. Sejak saat itu, tepat pada 9 Oktober 1755 Sultan Hamengku Buwono I mulai melakukan pembangunan Keraton Nyayogyakarta.
Masa pembangunan Keraton saat itu berjalan selama hampir satu tahun. Sampai kemudian pada 7 Oktober 1756, Sultan Hamengku Buwono I bersama dengan keluarga, dan para pengikut mulai memasuki Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
Sejak penempatan itulah, Sultan Hamengku Buwono I sangat membutuhkan keberadaan dan peran aparatur negara yang dapat menjalankan berbagai tugas Kesultanan dengan baik dan rapi.
Berlatar belakang kebutuhan aparatur negara, Sultan Hamengku Buwono I akhirnya memutuskan membentuk Abdi Dalem. Sehingga roda pemerintahan Keraton Ngayogyakarta berjalan sesuai target dan terkendali.
Tugas
Lebih dari seorang pengabdi, mereka menjalankan tugas sebagai aparatur sipil Kesultanan Yogyakarta. Ia akan menjadi pelaksana operasional kesultanan, untuk di setiap organisasi yang dibentuk oleh Kesultanan Jogja.
Oleh karena itu, posisi mereka masuk ke dalam aparatur negara, baik itu golongan sipil dan juga militer yang dibentuk Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada Maret 1755.
Menyadur website resmi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, ada beberapa tugas yang diemban oleh seorang Abdi Dalem, yakni:
- Pertama, menjadi pelaksana operasional di seluruh lini organisasi yang telah dibentuk oleh Sultan.
- Kedua, menjadi ‘abdi budaya’ yang menuntut mereka mampu menjadi suri tauladan baik bagi seluruh masyarakat Jogja.
- Ketiga, menjadi contoh dan panutan yang baik dalam bersikap santun dan penuh tata krama.
Apabila ditelaah berdasarkan bagiannya, Abdi Dalem Keraton Jogja ini menjalankan tugas sebagai Abdi Dalem Punakawan dan Abdi Dalem Keprajan. Berikut ini adalah rincian tugasnya:
- Abdi Dalem Punakawan, adalah seorang abdi yang berasal dari kalangan masyarakat umum, yang menjadi tenaga profesional dalam menjalankan tugas sehari-hari di dalam Keraton Jogja.
Abdi Dalem Punakawan ini terdiri dari dua golongan, yakni Abdi Dalem Punakawan Tepas yang bekerja selayaknya jam kerja kantor (office hours), dan Abdi Dalem Punakawan Caos yang bekerja dalam tiap periode sepuluh hari sekali.
- Abdi Dalem Keprajan, adalah seorang abdi yang memiliki latar belakang dari aparat negara, seperti Polri, TNI hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di mana mereka mengujakan diri untuk menjadi Abdi Dalem Keraton Jogja, kemudian diterima dan juga diangkat menjadi Abdi Dalem Keraton.
Jadi bisa dikatakan bahwa Abdi Dalem Keprajan ini adalah mereka yang sudah sampai masa pensiun dan memutuskan untuk membaktikan diri, waktu, hingga ilmu yang dimiliki untuk memajukan Keraton Jogja.
- Abdi Dalem Keparak, adalah seorang abdi yang golongannya didominasi oleh kaum wanita. Dalam lingkup kerja, Abdi Dalem Keparak ini menjalankan tugas yang paling dekat dan erat hubungannya dengan Kesultanan Jogja.
Di mana para Abdi Dalem keparak ini akan menjalankan tugas-tugas yang meliputi: menjaga ruang pusaka, membantu menyiapkan perlengkapan upacara, hingga termasuk menyiapkan seluruh keperluan Sri Sultan, beserta seluruh keluarga Sri Sultan yang memang tinggal di Keraton Jogja.
Dari masing-masing tugas yang diemban dan dijalankan oleh para Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta, tidak begitu saja menjalankannya, di mana mereka terikat oleh Credo Watak Satriya yang secara langsung dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I, selaku pendiri Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Adapun isi yang tertuang dalam Credo Watak Satriya, tersebut antara lain:
- Nyawiji, mengandung makna fokus dan total, serta selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Greget, mengandung makna penjiwa dan penuh penghayatan terhadap hal apapun.
- Sengguh, mengandung makna kepercayaan diri.
- Ora mingkuh, bermakna diri yang tidak pernah gentar dalam menghadapi berbagai macam ujian atau hambatan.
Dari seluruh pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa keberadaan dan tugas mereka pada pemerintahan Keraton Jogja sangatlah penting.
Lebih dari sekedar membantu, mengoperasionalkan, menjalankan, dan mendukung kelangsungan Keraton Jogja.
Namun mereka yang mengabdi juga mengemban tanggung jawab yang besar untuk memberi contoh baik kepada seluruh masyarakat, terlebih lagi di tengah ombak bonus demografi sekarang ini.
Hamzah Sulaiman Juga Seorang Abdi Dalem
Kanjeng Mas Tumenggung Hamijinindyo adalah nama abdi dalem keraton dari Hamzah Sulaiman pemilik The House of Raminten dan Hamzah Batik Malioboro.
Dan beliau adalah salah satu abdi dalem keraton Kasultanan Yogyakarta dari etnis Tionghoa Yogyakarta. Hal tersebut menandakan bahwa semua orang bisa mendaftarkan diri menjadi Abdi Dalem asal memiliki komitmen mengabdi dan berkeinginan besar untuk belajar tentang budaya Jawa khususnya Yogyakarta.
Hamzah Sulaiman menjadi Abdi Dalem Keraton Yogyakarta pada 2 September 2014. Hamzah mendapatkan Anugerah Penghargaan dari Keraton Yogyakarta berupa nama gelar: Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamijinindyo.
Sedari kecil, beliau sudah menaruh kecintaannya pada Budaya Jawa salah satu wujud kecintaannya adalah mendirikan toko batik yang representative dengan Budaya Jawa.
Tidak hanya menjual batik, melainkan Hamzah Batik Malioboro berkembang menjadi pusat aksi atraksi budaya Jawa yang digelar rutin untuk mengedukasi sekaligus mengenalkan, menarik wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta khususnya di Kawasan Malioboro.***