Tari klasik Yogyakarta merupakan salah satu dari keberagaman budaya yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tari klasik Yogyakarta menjadi sebuah karta terbaik hasil penciptaan kesenian yang adiluhung. Tari tradisional ini juga sebagai budaya yang diwariskan dan dijaga secara turun-temurun.
Banyak nilai-nilai luhur dan makna yang terkandung dalam tari klasik Yogyakarta ini. Iringan musik gamelan khas Jogja menjadi pendamping disetiap gerakan tari.
Tari klasik Yogyakarta biasanya diadakan pada saat ada pagelaran budaya dan acara-acara tertentu lainnya, misalnya acara kerajaan di Keraton Yogyakarta.
Tari klasik Yogyakarta biasa disebut sebagai tari klasik gaya Yogyakarta atau disebut juga dengan Gaya Mataraman.
Tari klasik gaya Yogyakarta terus berkembang semenjak beridirinya Keraton Yogyakarta yang mengandung banyak nilai historis, sosiologis, dan Pendidikan.
Sejarah Tari Klasik Yogyakarta
Tari klasik Yogyakarta memiliki sejarah singkat yang dimana Kesultanan Yogyakarta memilih untuk melanjutkan dan mengembangkan gaya tari yang sudah ada.
Sedangkan kesultanan Surakarta lebih memilih untuk membuat gaya tarian yang baru. Hal ini disebabkan karena adanya perjanjian Giyanti yaitu tahun 1755 yang membagi kerajaan Mataram menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta.
Dalam perjanjian tersebut, Keraton Mataram terbagi menjadi dua. Yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasunanan Yogyakarta. Pada 1756, dalam perjanjian Jatisari terbentuklah visi masing-masing kerajaan untuk melanjutkan warisan budaya Mataram.
Tidak hanya membagi dalam hal wilayah, namun membagi kebudayaan yang salah satunya adalah seni tari.
Dari sana pula, Kasunanan Surakarta cenderung mengembangkan tari dengan gaya baru, namun Kasultanan Yogyakarta tetap memilih untuk melestarikan dalam tari klasik yang telah ada.
Kemudian nama tari klasik Yogyakarta disebut juga sebagai dengan Joged atau tari Mataram.
Sri Sultan Hamengku Buwono I sangat mencintai seni tari, beliau juga merupakan penari yang handal hingga menciptakan beragam tarian seperti Beksan Lawung, Beksan Etheng dan dramatari Wayang Wong. Tarian tersebut diciptakan pada saat Sri Sultan Hamengku Buwono I masih memerintah.
Selanjutnya, Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang tumbuh karena diajarkan di lingkungan Keraton, namun pada 17 Agustus 1918 mulai diperkenalkan di luar Keraton.
Tari Tradisional yang Memiliki Ragam Perwatakan
Tari klasik Yogyakarta memiliki tiga perwatakan yaitu halus, gagah, dan kasar. Dari ketiga perwatakan itu ada pembagiannya lagi.
Perwatakan halus dibagi menjadi watak halus luruh, gerakan yang pelan dan lembut, halus mbranyak dengan gerakan dinamis dan halus tumanduk yang memiliki gerakan ditengah-tengah luruh dan mbranyak.
Watak gagah juga terbagi menjadi gagah lugu yang bersahaja dan warak kongas yang penuh dengan kebanggan. Sementara watak kasar dibagi menjadi kasar kesatria dan kasar raksasa.
Masih banyak lagi ragam perwatakan yang diambil dari tokoh wewayangan dari ekspersi hingga gerakan.
Pedoman Baku Tarian yang Harus Ditaati
Sebagai penari tarian klasik Yogyakarta harus memahami pedoman baku yang sudah ada. Pedoman ini harus ditaati oleh penari klasik Yogyakarta agar pada saat pertunjukan dapat menamipilkan tarian dengan maksimal.
Salah satu pedoman bakunya yaitu deg. Deg adalah posisi badan saat menari yang tegak lurus tetapi posisi Pundak dan tulang belakang tetap rileks.
Dengan adanya pedoman baku ini juga yang membedakan tari klasik Yogyakarta dengan tari yang lain. Masih banyak pedoman baku tari yang harus dipelajari jika ingin belajar tarian klasik Yogyakarta.
Tempat dan Jadwal Pertunjukan Seni Tari Klasik
Sebagai kota yang memiliki beragam aksi pertunjukan budaya, kurang lengkap rasanya jika tidak menyaksikan satupun dari beragam pertunjukan.
Karena setiap gerak gemulai tarian klasik Yogyakarta yang diiringi oleh musik karawitan Jogja, memiliki banyak makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Jika ingin menikmati gerakan gemulai dari tari tradisional tersebut, anda bisa mengunjungi Hamzah Batik Malioboro lantai 3.
Ya, Anda dapat menyaksikan tari klasik Yogyakarta di lantai 3 Hamzah Batik Malioboro, setiap hari Minggu, pukul 19.00 WIB.
Hamzah Batik selain dikenal sebagai pusat aksi atraksi pertunjukan seni budaya, juga menjadi tempat belanja batik, pusat oleh-oleh di Jogja dan souvenir yang super lengkap.
Jadi pengunjung tidak hanya berbelanja namun, bisa sekaligus belajar budaya. Banyak hal yang perlu anda ketahui termasuk mengenai tari klasik Yogyakarta ini.
Pertunjukan tari yang diselenggarakan setiap hari Minggu tersebut dapat Anda saksikan secara gratis. Namun jika Anda khawatir tidak mendapatkan tempat duduk, anda bisa melakukan reservasi tempat di Raminten 3 Resto terlebih dahulu.
Selain pertunjukan seni tari, Hamzah Batik juga menyajikan pertunjukan budaya lainnya di antaranya Raminten Cabaret Show, Sendratari Sang Hanoman, serta tari tradisional lainnya.
Hamzah Batik sebagai pusat pertunjukan seni, ingin tetap melestarikan warisan budaya khas Jogja sebagai kekayaan daerah yang membanggakan dan bernilai.
Menyaksikan pertunjukan seni di Hamzah Batik menjadi pengalaman tersendiri yang tidak terlupakan selama berwisata di Yogyakarta.
Hamzah Batik juga bekerjasama dengan sanggar-sanggar tari yang ada di Yogyakarta dalam melestarikan tari klasik Yogyakarta. Di antaranya; Sanggar Suryo Kencono, Retno Aji Mataram, Siswo Among Bekso, dan Sanggar Nindyo Minulyo.
Jangan sampai melewatkan ketika anda berwisata ke Jogja tanpa menyempatkan menyaksikan pertunjukan seni tari klasik Yogyakarta bersama keluarga atau kolega.
Mari nguri-uri budaya Jawi bersama Hamzah Batik, ikuti perkembangan informasi lainnya terkait Hamzah Batik dengan mem-follow Instagram @hamzahbatikofficial.***
Referensi:
kratonjogja.id
jbbudaya.jogjabelajar.org
/taw.