Jamu Gendong Menjadi Warisan Leluhur yang Harus Dilestarikan

Jamu gendong menjadi warisan leluhur yang sangat berharga dan harus dilestarikan bagi kita generasi penerus, khususnya orang Jawa.

Jamu gendong dahulunya adalah sebagai cara untuk memasarkan atau mendistribusikan jamu ke desa-desa lain agar lebih banyak masyarakat yang dapat merasakan khasiatnya.

Jamu gendong, ya demikian akhirnya banyak orang menyebutnya. Karena cara menjualnya memang digendong. Yaitu botol-botol berisikan jamu di taruh di dalam bakul dan di gendong ibu-ibu atau perempuan muda yang menjualnya.

Ternyata jamu gendong telah ada sejak masa kerajaan Hindu – Buddha. Karena memang terbukti dari khasiat jamu pada masa itu sebagai satu-satunya obat segala penyakit.

Sejarah Jamu Gendong

Sebelum menguak asal usul jamu gendong, mari menilik arti kata jamu. Kata jamu sendiri berasal dari Bahasa Jawa Kuno yaitu jampi atau usodo yang memiliki makna penyembuhan dengan menggunakan ramuan dan doa-doa.

Istilah jampi banyak dijumpai pada naskah kuno, salah satunya di naskah Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya.

Jamu menjadi peranan penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kebugaran juga sebagai obat masyarakat nusantara ini sejak ratusan tahun lalu.

Sederhananya, jamu ini sering juga disebut sebagai obat herbal asli Indonesia yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan dan juga penyembuhan penyakit.

Bahan-bahan dalam pembuatan jamu pun sangat mudah ditemukan pada saat itu, yang terdiri dari dedaunan, rimpang, batang, buah, bunga maupun kulit batang tanaman tertentu.

Pada perkembangannya, jamu tidak hanya berbentuk cair yang langsung diminum saat itu juga seperti jamu gendong. Tapi juga berinovasi dalam bentuk pil, kapsul, sachet, dan puyer agar lebih tahan lama dan praktis dikonsumsi.

Dari ragam jenis itu, jamu tradisional atau jamu gendong meski memerlukan waktu membuatnya dan harus segera habis, masih tetap digemari masyarakat beragam kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Seperti yang dijelaskan di atas, mayoritas jamu gendong ini dibuat di rumah dengan cara yang sederhana. Jamu ini pun dijual dengan cara dimasukkan ke dalam botol-botol yang kemudian disusun di dalam bakul.

Setelah siap, penjual jamu yang biasanya seorang perempuan menggendong bakul yang berisi jamu tersebut untuk dijajakan dengan berkeliling desa setiap hari. Itulah mengapa jamu ini kemudian dikenal sebagai jamu gendong.

Mengapa perempuan yang menjajakan jamu gendong? Padahal hal tersebut pekerjaan yang cukup berat karena harus menggendong botol-botol jamu dan menenteng ember kecil berisi air untuk mencuci gelas.

Karena zaman dahulu tenaga laki-laki lebih dibutuhkan dalam bidang pertanian. Mencangkul, Bertani, memupuk dan lain sebagainya yang pekerjaannya juga lebih berat.

Jamu gendong memiliki ciri khas yang membuat menarik dan ikonik sepanjang masa. Yaitu dilihat dari cara membawa dagangannya dengan cara digendong, penjualnya mengenakan busana jawa yaitu berupa jarik atau kain batik, atasan kebaya, dan dengan tatanan rambut disanggul.

Hal itu tentunya menjadi ciri khas perempuan Jawa masa itu bahkan sampai saat ini. Tidak hanya penjual jamu gendong, ciri tersebut juga melekat pada penjual makanan lain, seperti penjual pecel, nasi liwet dan lain sebagainya yang juga dijajakan dengan cara digendong.

Ada Sejak Zaman Hindu-Buddha

Dilansir dari ditsmp.kemdikbud.go.id menyebut banyak sekali bukti sejarah yang menyebutkan jamu sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya relief yang menggambarkan pembuatan dan penggunaan jamu ditemukan pada beberapa candi di Indonesia. Yakni, Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.

Selain itu, bukti lain tentang sejarak jamu ada di dalam Prasasti Madhawapura yaitu peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut menyebutkan profesi peracik jamu yang disebut acaraki. Seorang acaraki harus berdoa terlebih dahulu melakukan puasa dan bermeditasi sebelum meracik jamu.

Awalnya jamu hanya diperuntukkan bagi kalangan istana kerajaan. Namun seiring perkembangan masyarakat biasa pun bisa menikmati khasiat dari jamu tradisional bahkan hingga saat ini dan mengalami inovasi ragam bentuk jamu tradisional atau herbal.

Saat ini tentunya sudah sangat jarang kita jumpai penjual jamu gendong. Adapun jamu tradisional saat ini banyak dijual dengan cara didorong dengan menggunakan gerobak, sepeda, maupun motor. Meski berbeda cara menjajakannya, namun jamu yang dijual tetap sama dengan yang dijual pedagang jamu gendong.

Tetapi kini anda tidak perlu bingung mencari keberadaan jamu gendong, yang menjual aneka jamu kental berkhasiat dan pas rasanya serta murah harganya. Seperti yang pernah anda jumpai masa lampau.

Ya anda dapat menjumpai dan menikmati jamu gendong seperti zaman dahulu hanya di Hamzah Batik Malioboro. Disana ada jamu gendong yang menjual jamu kunyit asam, beras kencur, dan paitan yang diminum langsung dengan menggunakan batok kelapa.

Dengan harga Rp3 ribu per bathoknya anda bisa menikmati jamu tradisional dan mendapat khasiatnya sekaligus nostalgia masa lampau dengan suasana Jogja yang ngangeni.

Pertunjukan wisata budaya jamu raminten
Jamu gendong Raminten hadir setiap hari yang bisa diminum langsung atau tersedia juga kemasan botol plastik yang praktis dibawa kemanapun.

Hamzah Batik Sajikan Jamu Gendong Setiap Hari

Selain bisa menikmati jamu gendong sembari bernostalgia, Hamzah Batik juga menyajikan ragam oleh-oleh. Karena Hamzah Batik Malioboro sebagai pusat oleh oleh di Jogja terlengkap.

Tidak hanya menyajikan kain batik dan kain nusantara berkualitas, tetapi juga terdapat aneka macam aksesoris, merchandise, makanan dan minuman unik yang jadul juga kekinian, ragam produk herbal untuk kesehatan dan kecantikan.

Selain dipuaskan dengan belanja oleh-oleh khas Jogja, anda juga akan disuguhkan ragam aksi atraksi budaya Jawa di Hamzah Batik Malioboro. Di antaranya, Sendratari Sang Hanoman, Raminten Cabaret Show, Tari Klasik Jogja, Sabtu KliwonCaos Dhahar, Live Musik Siter, dan lain-lain.

Informasi lengkap dan ter-update jadwal pertunjukan seni Hamzah Batik Malioboro, bisa dengan memfollow Instagram @hamzahbatikofficial.

Untuk pemesanan tiket, khusus pertunjukan seni Sendratari Sang Hanoman dan Raminten Cabaret Show bisa dipesan online melalui desty.page/hamzahbatikofficial atau bisa menghubungi nomor whatsapp 08112544239 / 08112544245.

Hamzah Batik Malioboro buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 24.00 WIB, hadir sebagai pusat oleh-oleh di Jogja yang terlengkap. Hamzah Batik tidak hanya sekadar toko batik dan oleh-oleh melainkan sebagai pusat aksi, atraksi, dan edukasi budaya Jawa.

Di Hamzah Batik, selain bisa menikmati jamu gendong yang berkhasiat anda juga bisa turut berperan dalam melestarikan budaya Jawa. Karena Hamzah Batik merupakan destinasi wisata belanja berbasis budaya Jawa satu-satunya di Yogyakarta.***

/taw.